Teka-Teki dibalik Silent Treatment

(Sumber: Freepik)

Ditulis oleh Adya Dyanti Kusumastuti

Pernahkah merasa didiamkan atau diabaikan oleh pasangan, teman, keluarga, bahkan rekan kerja setelah berargumen, bertengkar, atau saat menghadapi konflik?

Perasaan ini tentu tidak baik dan tidak dewasa. Bahkan kalau diabaikan sampai berjam-jam atau berhari-hari. Ini bukan bentuk menenangkan diri dari pertikaian, namun malah dapat membuat masalah menjadi semakin rumit.

Perbuatan ini dinamakan silent treatment. Menurut psikolog bernama Vaile Wright di American Psychological Association, menyatakan bahwa ketika silent treatment menjadi bagian dari pola perilaku yang mengontrol atau menghukum, itu bisa menjadi sikap yang bisa dianggap kasar. Silent treatment juga berarti perbuatan yang di mana malah mengabaikan pasangan atau orang terdekat dan benar-benar berhenti mengakuinya melalui berbagai bentuk komunikasi.

Yang melakukan silent treatment ini juga biasanya menolak atau sangat tidak mau mengakui keberadaan orang lain yang sedang bertengkar dengannya. Pura-pura tidak melihat, mengacuhkan saat berbicara, bahkan juga dengan sengaja tidak membalas pesan yang diterima. Silent treatment juga bisa menjadi wadah saat ingin menggunakannya untuk memanipulasi serta mengontrol orang lain sesuai apa yang diinginkannya.

Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa silent treatment yang sering terjadi dalam sebuah hubungan antara pasangan, rekan kerja, teman, atau keluarga ini mayoritas menimbulkan perselisihan atau pertikaian karena lebih banyak diam dan tidak memanfaatkan kesempatan “diam”nya tersebut untuk membicarakan dan menyelesaikan setiap masalah yang ada. Silent treatment menimbulkan masalah yang ada menjadi terus menumpuk dan berlarut-larut akhirnya akan menjadikan hubungan tersebut menjadi toxic atau tidak nyaman untuk kedua belah pihak

Berikut beberapa alasan atas terjadinya tindakan silent treatment, antara lain:

  1. Menghindari konflik
    Kebanyakan orang akan tetap diam dalam percakapan atau ketika bertengkar karena mereka tidak tahu harus berkata apa atau ingin menghindari konflik.

  2. Silent treatment sebagai cara berkomunikasi
    Silent treatment untuk komunikasi ini dapat berlaku jika tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaannya ketika sedang bertengkar, namun ingin orang yang sedang bertengkar dengannya tahu bahwa mereka kesal.

Previous
Previous

Lugas Tanpa Menyinggung, Gunakanlah Komunikasi Asertif!

Next
Next

Agar Suasana Baru, Meeting di Luar Kantor Solusinya!