Sugesti hal buruk? How to get rid of it?

Artikel ini ditulis oleh Dwijaya Shaviola, Junior Associate Partner di PartnerInc.

Seringkah Partners mendengar perkataan “jangan banyak ketawa, takutnya nanti tiba tiba sedih atau nangis!”. Kalau iya, mungkin Partners mendengar perkataan tersebut dari orang-orang di sekitar dan Partners seketika mempercayainya karena perkataan tersebut benar-benar terbukti hingga membuat Partners lebih waspada ketika tertawa. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Kasus ini merupakan salah satu contoh sugesti buruk, Partners! Selain kasus tersebut, banyak juga bentuk-bentuk sugesti buruk yang mungkin sering muncul dan pikirkan dalam benak Partners. Seperti, memakai suatu baju kemeja yang akan membawa kesialan. Atau, satu minggu berjalan baik akan berbalas dengan satu minggu yang buruk. Tidakkah merepotkan apabila sugesti buruk selalu menjadi kenyataan? Mengapa sugesti buruk terkadang muncul dalam benak kita? 

Pertama, penting untuk mengetahui pengertian dasar dari sugesti. Sugesti merupakan proses psikologis ketika seseorang membiarkan orang lain mempengaruhi pikirannya. Sugesti tidak hanya terjadi karena pengaruh orang lain, tapi juga dapat terjadi karena pengaruh pikiran sendiri. Bagaimana itu bisa terjadi?

Secara umum, sugesti terbagi menjadi empat:

  1. Direct suggestion, yaitu ketika sugesti datang dari suatu otoritas kepada seseorang, seperti suruhan atau perintah

  2. Hypnotic suggestion, yaitu ketika sugesti terjadi dalam keadaan tak sadarkan diri

  3. Indirect suggestion, yaitu ketika ide suatu pihak tertanamkan dalam pikiran seseorang secara tidak langsung, namun menjadi bagian dari pikirannya, seperti ideologi atau agama

  4. Auto-suggestion, yaitu ketika sugesti kerap dilakukan atau dipikirkan atas kehendak diri sendiri. Auto-suggestion sendiri memiliki salah satu jenis, yaitu involuntary. Involuntary auto-suggestion terjadi ketika suatu ide terpikirkan dalam benak tanpa sengaja. 

Nah Partners, kira-kira sugesti buruk itu tergolong dalam tipe sugesti yang mana? Yup, sugesti buruk adalah contoh involuntary auto-suggestion. Lalu, mengapa involuntary auto-suggestion dapat terjadi?

Pada dasarnya, pemikiran kita dipenuhi oleh sekumpulan ide tanpa adanya fondasi. Ide-ide ini datang dari pengalaman yang terjadi dalam hidup kita, seperti apa yang kita lihat atau dengar. Pengalaman ini akan tersimpan dalam memori kita. Lalu, ketika pengalaman yang sama terulang, pikiran kita akan berusaha membangkitkan memori-memori lainnya. Ini menjadikan suatu pengalaman yang terjadi akan “menyarankan” memori pengalaman yang relevan. Contoh, ketika kita mengalami hari yang mendung, pada saat itu kita merasa bahwa cuaca mendung itu berarti hari buruk untuk diri kita. Lalu, cuaca-cuaca mendung lainnya terus berdatangan dalam hidup kita. Dalam otak kita, memori terkait hari mendung itu akan terbangkitkan dan mengonstruksi pikiran bahwa cuaca mendung berarti hari yang buruk. 

Mengapa pikiran bekerja seperti itu? Otak selalu memberikan reaksi defensif ketika tubuh menghadapi ancaman. Hal tersebut menjadikan otak selalu antisipatif. Ketika kita mengantisipasi suatu hal akan terjadi, terutama hal buruk, itu mempengaruhi pikiran kita terkait bagaimana kita akan meresponnya. Sehingga, otak akan menyarankan apa yang biasa kita lakukan ketika mengalami hal buruk berdasarkan dengan memori pengalaman relevan tersebut. Masuk pada contoh lagi, kita memiliki pengalaman buruk ketika memakai baju merah. Ketika kita memakai baju merah yang berikut-berikutnya, otak kita akan mengantisipasi dengan menyarankan memori bahwa kita akan merasa apapun yang kita lakukan akan berhasil buruk ketika memakai baju merah. Sehingga, kita akan selalu merasa performa kita selalu buruk ketika memakai baju merah. Jadi, pikiran berkontribusi untuk menjadikan sugesti buruk menjadi kenyataan dengan mengkonstruksi reaksi kita secara tidak langsung. 

Lalu, bagaimana cara menghilangkan sugesti buruk apabila itu terjadi secara tidak sengaja?

Perlu Partners ketahui, involuntary auto-suggestion tidak hanya terjadi pada pemikiran buruk saja. Sugesti baik juga dapat terjadi. Sugesti buruk sendiri muncul karena pada pengalaman pertama, kita secara sengaja memikirkan hal buruk. Jadi, untuk membentuk sugesti baik, Partners perlu secara sadar mengonstruksi pemikiran Partners bahwa memakai baju merah tidak akan selalu membawa kesialan. Ketika selanjutnya Partners memakai baju merah dan kesialan tidak terjadi, otak Partners akan mengumpulkan memori-memori baru bahwa memakai baju merah tidak akan menyebabkan kesialan. Sehingga, setiap memakai baju merah, Partners secara tidak sadar akan merasa baik-baik saja dan mampu melakukan performa baik.

Bagaimana menurut Partners? Apakah Partners sudah lebih paham mengenai sugesti buruk? Semoga artikel ini mampu membuat partners lebih paham mengenai sugesti, dan ke depannya Partners mampu menghilangkan sugesti-sugesti buruk!

Referensi: 

Exploring Your Mind, 2018. Suggestion: the Only Effect is in Our Minds. Diakses dari https://exploringyourmind.com/suggestion-the-only-effect-is-in-our-minds/ 

Stout, G. F., 1895. Relative Suggestions. Dalam Proceedings of the Aristotelian Society (Vol.1, pp.61-89). The Macmillan Company.

Previous
Previous

Optimisme dalam Menghadapi Masa Depan

Next
Next

Leisure During Pandemic