It’s All About the Mindset

Artikel ini ditulis oleh Grace Helena Putri.

“For twenty years, my research has shown that the view you adopt of yourself profoundly affects the way you lead your life.” 

- Carol S. Dweck - 

Apakah Partners tahu bahwa keyakinan yang sangat sederhana tentang diri kita sendiri justru membimbing dan meresapi hampir setiap bagian dari kehidupan kita? Begitulah hasil penelitian yang telah dilakukan Dweck dan rekan-rekannya selama bertahun-tahun. Keyakinan ini dapat membatasi potensi kita atau memungkinkan kesuksesan terjadi pada diri kita. Keyakinan seringkali menandai perbedaan antara “excellence” dan “mediocrity”. Keyakinan juga mempengaruhi self-awareness kita, self-esteem kita, kreativitas kita, kemampuan kita untuk menghadapi tantangan, ketahanan kita terhadap kegagalan, tingkat depresi kita, dan kecenderungan kita menghadapi stereotype.  

Lalu, apa keyakinan yang kuat, tetapi sederhana ini?

The Fixed and Growth Mindsets

Sebagian besar dari siapa diri kita sehari-hari berasal dari mindset. Mindset adalah pandangan yang kita miliki tentang kualitas dan karakteristik diri kita- dari mana asalnya dan apakah kualitas dan karakteristik ini bisa berubah.

Kedua mindset ini mewakili kutub yang saling bertolak belakang, yaitu:

  1. Fixed Mindset yang berasal dari keyakinan bahwa kualitas diri kita diukir di sebuah batu- siapa kita adalah siapa kita, titik. Sesederhana itu dan pemikiran ini memiliki keyakinan bahwa kecerdasan, kepribadian, dan kreativitas adalah karakteristik yang tetap, bukan sesuatu yang dapat dikembangkan. 

  2. Growth Mindset berasal dari keyakinan bahwa kualitas dari yang diri kita miliki adalah hal-hal yang dapat kita kembangkan melalui usaha. Setiap individu memiliki perbedaan, baik dalam hal bakat, minat, atau bahkan temperamen, tetapi setiap individu dapat berubah dan berkembang melalui pengalaman dan pengaplikasian hasil belajar.

Partners sangat mungkin untuk berada di tengah-tengah kedua mindset ini dan hidup dengan cara yang berbeda. Mindsetmu mungkin berbeda dari satu bidang ke bidang kehidupan lainnya. Pandangan Partners mungkin berbeda pada bakat artistik, kecerdasan, kepribadian, atau bahkan kreativitas. Apapun pola pikir yang Partners miliki di bidang tertentu akan memandu Partners di bidang tersebut.

Bagaimana mindset sederhana ini mengubah perilaku kita? 

Memiliki fixed mindset menciptakan urgensi bagi kita untuk membuktikan diri lagi dan lagi. Kritik dan umpan balik dipandang sebagai serangan terhadap karakter diri kita dan harus dihindari. Di sisi lain, memiliki growth mindset mendorong kita untuk terus belajar dan berusaha. Jika kita benar-benar yakin dapat meningkatkan sesuatu, kita akan lebih terdorong untuk belajar dan berlatih. Kritik pun dipandang sebagai umpan balik yang berharga dan diterima secara terbuka. Ciri khas dari individu yang memiliki growth mindset adalah semangatnya untuk terus belajar, berkembang, dan mengejar apa yang ia inginkan, bahkan ketika segala sesuatu tidak berjalan dengan mulus. 

Let’s Get Practical!

Ilustrasi berikut ini akan membantu Partners mengetahui lebih dalam contoh nyata dari kedua mindset. Setelah Partners membaca ilustrasi ini, tanyakan pada diri Partners bagaimana Partners akan menanggapi situasi ini.

Suatu hari, Partners pergi ke kelas yang sangat penting bagi Partners dan sangat Partners sukai. Guru kelas tersebut pun datang untuk membagikan makalah yang sudah dinilai. Ketika melihat makalah tersebut, Partners mendapatkan nilai C. Partners sangat kecewa melihat coretan nilai pada halaman itu. Ketika berada dalam perjalanan pulang, Partners merasa sangat frustasi dan menelpon sahabat Partners untuk berbagi pengalaman. Akan tetapi, panggilan tersebut tidak dijawab. 

Bagaimana respon Partners? Apa yang Partners pikirkan? Jika Partners berpikir “Today is definitely the worst day of my life. Saya sudah gagal. Aduh, saya jadi tidak termotivasi lagi belajar untuk ujian akhir. Mungkin saya memang buruk di kelas ini.” Maka, Partners mungkin cenderung memiliki fixed mindset. Namun, jika Partners berpikir “Mungkin teman saya mengalami hari yang buruk. Saya harus belajar lebih keras untuk ujian akhir.” Maka, Partners mungkin cenderung memiliki growth mindset.

Partners tidak harus memiliki salah satu mindset ini untuk merasa marah dengan situasi ini. Akan tetapi, orang-orang dengan growth mindset tidak melabeli diri mereka sendiri, apalagi menyerah dalam kekalahan. Mereka menghadapi tantangan dan terus berusaha. Growth mindset memungkinkan kegagalan berubah menjadi kesuksesan di masa depan. Sebaliknya, fixed mindset seringkali membuat seseorang tidak berusaha melakukan upaya apapun dan menyalahkan keadaan. 

Small Belief, Big Influence

How can one belief lead to all this- the love of challenge, belief in effort, resilience in the face of setbacks, and greater (more creative!) success?  

“Dia kan pintar, pasti berhasil lah”, kata orang yang memiliki fixed mindset. Oleh karena itu, jika seseorang berhasil, maka ia adalah orang yang pintar. Maka dari itu, pilihlah masalah yang lebih mudah sehingga kemungkinan kita untuk sukses lebih besar dan kita memvalidasi kecerdasan yang kita miliki. Jika kita memilih masalah yang sulit, kemungkinan gagal lebih besar dan hal tersebut mengungkapkan kebodohan kita.

“Semua orang bisa kok menjadi lebih pintar kalau ia mau memperluas pengetahuan, keterampilan, serta menghadapi tantangan yang ada”, kata orang dengan growth mindset. Oleh karena itu, pilihlah masalah yang sulit karena who cares if you fail afterall.

Mindset adalah pandangan yang kita adopsi tentang diri kita sendiri. Mentalitas ini bahkan dapat dilihat sejak kita kecil. Dalam salah satu studi Dweck, Dweck menawarkan beberapa pilihan kepada anak berusia empat tahun. Mereka dapat memainkan ulang puzzle jigsaw yang mudah atau mereka dapat mencoba yang lebih sulit. Bahkan sejak usia dini, anak-anak dengan fixed mindset, yaitu mereka yang percaya sifat-sifat diri yang “tetap”, terjebak dengan pola pikir yang aman. Anak-anak yang berorientasi pada perbaikan dan peningkatan menyambut puzzle yang lebih sulit dengan senang hati dan menganggap puzzle yang lebih aman membosankan. 

Apakah mindset mempengaruhi keputusan-keputusan hidup yang kita buat? Yes, it turns out they do. Salah satu contoh yang Dweck berikan adalah dampak dari keputusan yang para mahasiswa buat terhadap sisa hidup mereka. Bahasa pengantar yang digunakan di Hongkong University adalah bahasa Inggris. Beberapa mahasiswa lebih fasih daripada yang lain, dan hal ini pun berdampak besar pada kesuksesan mereka. Pada tahun pertama, Hongkong University menawarkan para mahasiswanya kursus gratis untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Hasil menarik ditemukan bahwa mereka yang memiliki fixed mindset tidak terlalu tertarik dengan kursus tersebut. Di sisi lain, mereka yang memiliki growth mindset benar-benar tertarik untuk mengikuti kursus. Hal ini adalah contoh bagaimana fixed mindset mengubah seseorang menjadi “non-learners. Seperti yang Dweck katakan,

The fixed mindset stands in the way of development and change. The growth mindset is a starting point for change, but people need to decide for themselves where their efforts toward change would be most valuable.

Orang dengan fixed mindset tidak sepenuhnya memiliki kepercayaan diri yang kurang, meskipun kepercayaan diri mereka mungkin tidak sebesar orang dengan growth mindset dan lebih mudah goyah ketika mengalami kegagalan. Tak hanya itu, memiliki growth mindset bukan berarti kita harus bekerja keras sepanjang waktu. Memiliki growth mindset berarti mengembangkan keterampilan apapun yang kita inginkan dengan terus berusaha, menerima masukan, dan menemukan cara-cara baru. 

Last but Not Least,

Being aware of your own mindset will be the key to changing it. Mari kita terus berusaha menggapai apa yang kita inginkan, Partners! Ingat, kegagalan merupakan jalan untuk menjadi lebih baik lagi karena sejatinya manusia adalah pembelajar. 

PartnerInc, Your Learning Partner.


Referensi:

Dweck, C. S. (2017). Mindset: The New Psychology of Success. London: Robinson. 

Previous
Previous

Psychological Well-Being Karyawan Di Era Pandemi

Next
Next

Kunci Kreativitas dalam berbisnis: fail fast, Measure