Essential Skills for ACI Telkom’s HR Leader: Relationship Management and Active Listening

Artikel ini ditulis oleh Adya Dyanti Kusumastuti, Content Writer Intern di PartnerInc


Pemimpin yang brilian ialah pemimpin yang menginspirasi orang lain. Mereka ialah orang-orang yang menginspirasi tim untuk memenuhi tujuan dan mencapai keunggulan.


“Ketika pekerjaan pemimpin terbaik selesai, orang-orang berkata, 'kami yang melakukannya.'” – Lao Tzu.


Selama 15 tahun melakukan survei pada ribuan orang, Six Second mengemukakan bahwa dua atribut yang membuat pemimpin sejati menonjol dari yang lain. Atribut yang pertama adalah mendengarkan. Mengapa ini merupakan praktik yang langka dan kuat di antara para pemimpin? Apa yang diperlukan untuk menjadi leader yang menonjol tersebut?

Pertama, dilansir dari VeryWell Mind mendengarkan dengan baik adalah cara mendengarkan yang benar-benar terfokus. Dalam kata lain, dapat memperhatikan apa yang sedang disampaikan oleh lawan bicara. Ketika orang lain mendengarkan kita, mereka menyediakan waktu untuk kita. Mereka tidak “mengambil waktu” untuk mendengarkan, tetapi mereka memberikannya. Ini memberikan implikasi kepada kita bahwa: ‘Saya penting atau I matter.’

Kedua, seorang pemimpin yang mau mendengarkan, akan menjadi salah satu motivator manusia yang paling kuat. Secara harfiah, ketika kita “merasa didengarkan”, dan kita seakan-akan memiliki rasa menjadi pemimpin yang dapat berkontribusi dalam membuat keputusan besa, kita menjadi bagian dari grup  ketika pemimpin mendengarkan.

Merasa didengar mengaktifkan kebutuhan dasar manusia yang ketiga, yaitu pencapaian. Kita memiliki suara, memiliki kesempatan untuk berkontribusi dan bagian dari solusi.

Ada perbedaan mendasar antara mendengarkan secara mendalam (listening) dan mendengar (hearing). Faktanya, ada empat jenis perilaku listening yang dapat berdampak positif atau negatif terhadap kepemimpinan dan efektivitas komunikasi:

  1. Level 1Mendengarkan jeda: Sebagai pendengar level 1, kita menunggu sampai bibir orang lain berhenti bergerak, sehingga kita dapat memberi tahu mereka apa yang kita pikirkan.

  2. Level 2Menunggu giliran saya: Ini adalah versi mendengarkan level 1 yang sedikit lebih efektif. Dalam mendengarkan tingkat 2, kita mendengar apa yang mereka katakan. Kemudian, kita memberi tahu mereka apa yang kita pikirkan.

  3. Level 3Mendengarkan reflektif: Level 3 adalah mendengarkan secara aktif. Kita mendengar apa yang dikatakan orang lain untuk memahami apa yang mereka maksud. Setelah seseorang berbicara kemudian mengkonfirmasi pemahaman dengan merefleksikan kembali kepada mereka apa yang baru saja didengarkan dan berusaha untuk mengerti.

  4. Level 4Mendengarkan dengan empati: Ini adalah bentuk mendengarkan aktif yang paling dalam dan paling kuat. Kita mendengarkan apa yang dikatakan seseorang, bagaimana mereka bersungguh-sungguh dan bagaimana perasaan mereka tentang hal itu. Ketika giliran seseorang untuk merespons, kita mengkonfirmasi pemahaman yang diterima tentang apa yang dikatakan dan bagaimana perasaan kita tentang apa yang dikatakan.

Dari empat level tersebut, listening tentunya menjadi jalinan komunikasi yang kuat antara pemimpin dengan teman kerjanya dan kemampuan tersebut memberi dampak positif pada kedua belah pihak; pendengar dan pembicara. Menjadi pendengar yang baik berarti memberi dan menyampaikan kesan bahwa kita menghormatinya bahkan dapat mengatasi masalah, dan saling berbagi perasaan dengan orang lain.

Dengan mendengarkan, kita memiliki kemampuan untuk menerapkan pemahaman emosional yang kita miliki dalam hubungan kita dengan orang lain atau disebut juga relationship management. Untuk mengelola hubungan, tentu banyak caranya:

  1. Berasumsi tentang niat baik orang lain (dan ekspektasi yang jelas)

  2. Menetapkan dan menghormati batasan-batasan

  3. Mengembangkan kemampuan percakapan

  4. Menerima, dan menyampaikan umpan balik, bertanya, menggunakan pujian

  5. Belajar mengenali emosi orang lain

  6. Membangun budaya mendengarkan

HR Leader membutuhkan kemampuan relationship management ini karena keberhasilan bagi seorang HR Leader sebagian besar merupakan fungsi dari kemampuannya untuk mempertahankan hubungan interpersonal yang produktif dan membantu orang lain melakukan hal yang sama.  

Perubahan situasi yang begitu cepat pada era sekarang menuntut HR untuk melakukan penyesuaian secara cepat pula. Efektivitas HR menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan Assessment Center Indonesia PT Telkom Indonesia untuk mengadakan sebuah survei. Hasil survei tersebut menunjukkan fakta bahwa terdapat kebutuhan peningkatan kemampuan pekerja yang dapat mendukung kompetensi perusahaan Telkom (Digital Leadership dan Customer Focus) yakni salah satunya adalah kemampuan Active Listening dan Emotional Intelligence. 

PartnerInc bekerjasama dengan Assessment Center Indonesia PT Telkom Indonesia merancang modul fasilitasi program pengembangan mengenai kedua kemampuan tersebut. Program ini dirancang untuk membantu peserta memahami relationship management sebagai bagian dari Emotional Intelligence dan juga keterampilan active listening, bagaimana kaitan antara keduanya, dan mengapa kedua hal tersebut penting dalam menjalankan peran sebagai HR. Program ini juga akan mengajak peserta untuk memahami seberapa jauh kemampuan relationship management dan active listening yang dimilikinya dan menuliskan langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan relationship management dan active listening.

Pilihan terbaik untuk dapat memiliki kemampuan active listening dan relationship management sebagai HR Leader yang baik yaitu berkolaborasi dengan ahlinya. PartnerInc menawarkan kolaborasi program pembuatan modul ini agar dapat diterapkan dalam program pengembangan kedepannya sebagai bekal untuk para karyawan.

Trial Modul Fasilitasi Relationship Management & Active Listening: Essential Skills for HR Leader


Previous
Previous

Kolaborasi PartnerInc dengan PetroChina Indonesia dalam Membangun Komunikasi dan Teamwork Antar Divisi Perusahaan

Next
Next

Menjaga Kesehatan Mental Karyawan? Penting Banget!