Toxic Productivity, Kelebihan Produktif yang jadi Toxic!

Source Picture: Freepik

Ditulis oleh Adya Dyanti Kusumastuti

Mengapa ada toxic productivity yang nyatanya kalau menjadi sosok produktif itu kan juga menimbulkan hal yang bagus untuk kita? Bukannya produktif lebih baik daripada malas-malasan?

Bagi generasi muda, istilah toxic productivity mungkin sering didengar yang sebenarnya adalah istilah lain untuk ‘workaholic’ atau kecanduan kerja. Nah, toxic productivity adalah rasa keinginan berlebih yang tidak normal agar dapat melakukan kegiatan yang produktif setiap saat setiap waktu. Bagi orang-orang yang mengalami toxic productivity kemungkinan akan merasa bersalah dan merasa kurang jika tidak dapat mencapai aktivitas produktifnya pada hari itu.

Sayangnya, jika melakukan segala sesuatu yang berlebihan justru dapat memberi akibat buruk, termasuk dalam hal menjadi produktif. Berusaha untuk terus-menerus melakukan hal-hal yang produktif dengan melakukan banyak hal sekaligus dalam satu hari lama-lama dapat juga mengalami burnout atau stres berat. 

Jika pekerjaan yang sudah dikerjakan sudah selesai rasanya malah tidak ingin berhenti untuk beraktivitas. Bagi pengidap toxic productivity sudah selesai melakukan suatu pekerjaan atau di lingkungan kantor maupun di pekerjaan rumahnya, mereka mungkin akan merasa bersalah karena tidak mengerjakannya dengan lebih baik atau lebih banyak. Bagi pengidap, tidak pernah ada kata cukup. Bahkan ada rasa untuk mengerjakan yang lebih lagi ketika mereka sebenarnya tidak perlu melakukan hal itu.

Maka dari itu, toxic productivity lebih baik agar jangan dibiarkan begitu saja. Segera cari dan lakukan cara-cara untuk menyeimbangkan kembali kehidupan pekerjaan yang di kantor maupun di rumah dengan waktu beristirahat yang cukup.

Previous
Previous

Kenali Tanda Ini Sebelum Produktivitasmu Berujung Toxic Productivity

Next
Next

Growth Mindset adalah Kunci Kesuksesan