Menahan Amarah, Meraih Kedamaian di Bulan Ramadan
Pernahkah Partners berada di jalan saat macet lalu mengumpat pada pengendara yang lain karena mereka memotong jalan? Semuanya terasa menyebalkan, mengganggu, dan tentu saja menghabiskan kesabaran. Atau, mungkin saat melihat berita yang tidak mengenakkan dan merugikan diri sendiri ataupun orang lain, rasanya seperti kesabaran diperas habis dan tidak bersisa sama sekali. Terus menerus mengumpat, menggerutui, dan merasa semuanya menyebalkan. Bukankah terasa sangat melelahkan pada akhirnya?
Di bulan yang suci ini, kita semua diperintahkan untuk menahan amarah ataupun nafsu yang sebelumnya kerap kita alami dengan bersabar. Berdasarkan Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara (2023), patience atau sabar adalah menahan diri dari rasa tidak sabar dan ketidakpuasan, menahan lisan dari mengeluh (complain), serta menahan seluruh anggota tubuh dari mengacau. Walaupun terdengar remeh, menahan rasa amarah merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Terlebih, sekarang kerap terdengar istilah “kesabaran setipis tisu” yang bertebaran di internet. Istilah tersebut dikaitkan dengan orang yang tidak mampu menahan rasa amarahnya. Hal ini berujung pada sebuah pertanyaan: memangnya, apakah ada manfaat dari bersabar?
Selain mendapatkan pahala, bersabar ternyata mempunyai banyak manfaat, baik secara emosional maupun spiritual (Schnitker et al., 2017). Dengan bersabar, kita dapat meningkatkan resiliensi emosional dan membantu mengatasi tantangan mental, seperti kecemasan, stres, bahkan depresi (Alfain et al., 2023).
Dengan manfaat yang ada, tentunya kita harus senantiasa melatih diri untuk bersabar, terlebih di momen Ramadan ini. Ramadan dan kesabaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bulan ini merupakan bulan penuh dengan kesabaran, kesabaran untuk menahan amarah kita dan tidak berkata kotor, menahan keluhan kita, dan lain sebagainya. Rasa sabar ini pula yang akan meningkatkan kualitas iman dan menjadi kekuatan untuk menangkal amarah yang selama ini kita rasakan.
Bagaimana cara bersabar diri dalam keseharian kita, terutama di bulan Ramadan ini? Dilansir dari Rumah Zakat (2023), ada beberapa tips yang bisa kita terapkan di dalam keseharian, yaitu
mulailah dengan melakukan hal yang kecil terlebih dahulu;
belajar mengendalikan diri;
lakukan secara perlahan; dan
berlatih untuk bersyukur.
Sebagai manusia, kita memang tidak luput dari kesalahan. Salah satunya adalah lupa untuk bersabar. Mulai sekarang, marilah kita bersama-sama untuk belajar untuk bersabar di keseharian kita. Tidak hanya sebagai sebuah momen di bulan Ramadan ini, tetapi juga untuk diterapkan dalam keseharian kita nantinya. Dengan bersabar, hati akan terasa lebih tenang dan banyak manfaat yang akan kita rasakan nantinya.
Referensi:
Purwitasari, E. (2023, October 6). Cara jadi orang sabar biar hati tenang. Rumah Zakat. https://www.rumahzakat.org/cara-jadi-orang-sabar-biar-hati-tenang/
Kementerian Agama RI Provinsi Sulawesi Utara. (2023, April 19). Nilai sabar dalam ibadah puasa Ramadhan - Syiar Ramadhan hari ke-28 1444H. Kanwil Kemenag Sulut. https://sulut.kemenag.go.id/berita/511204/Nilai-Sabar-dalam-Ibadah-Puasa-Ramadhan---Syiar-Ramadhan-Hari-ke-28-1444H
Schnitker, S. A., Houltberg, B., Dyrness, W., & Redmond, N. (2017). The virtue of patience, spirituality, and suffering: Integrating lessons from positive psychology, psychology of religion, and Christian theology. Psychology of Religion and Spirituality, 9(3), 264–275. https://doi.org/10.1037/rel0000099
Shinta Nuriya Idatul Alfain, Achmad Khudori Soleh, & Muhammad Rafi Yamani. (2023). The Role of Patience in Coping Mental Problems: A Quranic Perspective. Tribakti (Kediri), 34(2), 195–212. https://doi.org/10.33367/tribakti.v34i2.3633
Written by Fathya Kayla Azzahra, HR & Assessment Intern