Maintaining Tranquillity and Peace by Forgiving

Di bulan Ramadan ini, kita kembali diingatkan untuk saling memaafkan. Memaafkan sendiri berarti mau berlapang dada dan memahami mereka yang telah bersalah atau menyakiti kita. Dengan kata lain, memaafkan berarti melepaskan rasa frustrasi, kecewa, dendam, atau perasaan negatif lainnya yang diakibatkan dari kesalahan orang lain pada diri kita dan memberikan mereka kesempatan lain untuk memperbaiki diri. Memaafkan berarti memanusiakan mereka yang membuat kita merasa tidak manusiawi.

Memaafkan, Lebih dari Sekadar Memaklumi dan Melupakan

Perlu diketahui bahwa memaafkan ini berbeda dengan memaklumi dan melupakan, seperti memaklumi perbuatan buruk yang sudah ataupun akan dilakukan seseorang pada kita dan melupakan perbuatan buruk yang telah dilakukan pada kita. Memaafkan juga berbeda dengan memperbaiki hubungan dengan pelaku. Bisa saja kita memaafkan tetapi tidak memperbaiki hubungan dengan pelaku. Memaafkan juga bukan berarti mengabaikan ataupun tidak memvalidasi perasaan kita. Memaafkan lebih mengarah pada respon psikologis dibandingkan dengan respon perilaku ketika kita bisa merasakan kedamaian dan juga ketentraman hati dengan memaafkan.

Memaafkan dapat mengurangi perasaan atau emosi negatif seperti kemarahan, kecemasan, depresi, dan sebagainya. Memaafkan juga bisa mendorong kita untuk merasa lebih banyak emosi positif seperti ketenangan hati, kebahagiaan, kestabilan emosi, dan sebagainya. Selain itu, memaafkan juga memiliki dampak baik pada fisik maupun psikologis kita seperti kesejahteraan emosional, gaya hidup dan perilaku sehat, dukungan sosial, dan kesejahteraan spiritual.

Cara Menumbuhkan Sikap Memaafkan

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan sikap memaafkan. Pertama, kita dapat merefleksikan terlebih dulu diri kita. Misalnya, situasi yang biasa membuat kita mudah memaafkan, orang yang paling mudah kita maafkan, situasi yang biasa membuat kita sulit memaafkan, perasaan ketika kita memaafkan seseorang, keuntungan dan kerugian ketika kita memaafkan orang lain, dan sebagainya. Dari situ, ambil aksi yang dapat mendorong kita untuk memaafkan, misalnya mengomunikasikannya dengan keluarga atau teman dibandingkan memutus hubungan yang ada, mempertimbangkan sudut pandang orang lain yang memiliki perselisihan dengan kita dan coba menempatkan diri di posisi mereka, serta berbagai aksi lainnya.

Memaafkan Secukupnya, Tidak Kurang atau Lebih

Kebiasaan memaafkan perlu dijaga agar tetap seimbang. Artinya, tidak digunakan terlalu sedikit ataupun berlebihan. Kurang memaafkan dapat terjadi ketika kita sulit memaafkan karena ingin melindungi diri sendiri (agar tidak dianggap mudah dimanfaatkan) atau ketika kita terlalu banyak mengkritik diri sendiri, atau situasi lainnya.  Kurangnya memaafkan ini dapat menyebabkan kita “menderita” baik secara fisik maupun mental. Sementara itu, ketika terlalu banyak memaafkan, orang lain dapat dianggap mudah dimanfaatkan dan dapat diinjak-injak begitu saja. Ingat bahwa tidak semua orang layak mendapatkan kesempatan lainnya begitu saja dan memaafkan bukan berarti melupakan maupun membiarkan kejadian yang sudah ada terjadi begitu saja.

Setelah membaca tentang memaafkan ini, semoga Partners ingat untuk saling memaafkan di bulan Ramadhan ini. Sekiranya di bulan Ramadhan ini Partners mendapatkan banyak pahala dari memaafkan. Selamat menunaikan ibadah puasa Partners!

Referensi:

Niemiec, R. M., & Mcgrath, R. E. (2019). The power of character strengths: Appreciate and ignite your positive personality. VIA Institute On Character.

Written by Vivian Kho Shindhunata, Learning & Development, People & Culture Intern

Previous
Previous

Menahan Amarah, Meraih Kedamaian di Bulan Ramadan

Next
Next

Akhir Tahun Sudah Dekat